Header Ads Widget

Responsive Advertisement

MOMENTUM PENJAGA HATI UNTUK MASA NANTI

 MOTIVASI



MOMENTUM PENJAGA HATI UNTUK MASA NANTI

 

Waktu itu mulai tak bersahabat walapun dia terus memaksa mengisi setiap relung hati yang terus meminta bagian dari cerita…berusaha untuk menjadi sempurna di kesibukan waktu berbicara dan mencoba menghindar dari setiap rencana…banyak hal yang terlupa hingga menjadi retakan kepingan tanah yang terus membuat jarak dan sangat tak elok jika dipandang mata. Kadang semua serasa sempurna dengan melakukan sedikit audit rencana dan membagi tenaga pada lemah hati yang sedikit terkikis bencana karena ketidak canggihan radar versi lama. Waktu itu mulai menjadi bagian energi dalam berlari ketika sadar akan ketertinggalan bus kota yang semakin cepat berlalu dengan muatan terbanyak dan target pasti pada pemberhentian berikutnya. Semua seakan menjadi irama lama yang dikonfersi pada hal serupa pada ritme buta walaupun garis finish pasti ada didepan sana. Waktu itu lama lama mulai menjadi cinta dengan terus memaksa untuk Bersama dan menuntut kesempurnaan akan cita yang dulu pernah dikata. Waktu itu mulai perlahan membara membakar lemak diri yang menjadi beban dan penghancur masa hingga sedikit menderita, sedikit lemah, banyak Lelah hingga berbisik…semua ini adalah hal biasa, teruslah hingga mendapatkan segalanya…

 

Sedikit berbeda dengan yang lainya pada versi dan gaya menuntut tindakan serupa sehingga malam menjadi siang dan siang tetap pada tempatnya…malam begitu terang menenggelamkan kelam pada sepi yang sunyi, menuntun hening dan bisik angin membangunkan keramaian pada jadwal yang tak berkesudahan…siang adalah bagian dari malam sebagai penerus langkah kaki yang semakin kencang berlari hingga menaikan kilometer diri dalam berekspresi. Sekarang adalah hal yang terbaik dalam merancang mimpi, memperbaiki setiap jari jemari hingga kembali merangkai tali menjadi bagian tak sama dan jauh berbeda dari kebanyakan orang bermimpi. Memandang langit yang jauh menjadi bagian dalam merajut hati dan mengunci ketetapan hati agar tak berpaling ke lain kasih, tinggi nya langit menuntut kosentrasi diri dalam menemukan titik berbeda yang mesti dapat di di cerna dengan algoritma. Hal yang berbeda pada akhirnya adalah sesuatu yang indah namun sedikit dihindari karena berat dan susah dalam mendapatinya. Semua logika akan terbalik dan akan berseberangan pada maksud tujuan kebanyakan, kemudian berbaris dan bersandar pada dinding ratapan karena akan sulit bersaing pada keserupaan maksud tujuan…

 

Pilihan ini adalah yang terbaik dari semua kemungkinan jawaban hasil yang akan diturunkan, seperti hujan yang tak memilih hari dan waktu dengan sesuka hati menaburkan harapan. Pilihan ini adalah yang tersulit dengan peluang kecil dan hasil membanggakan, ini menjadi lebih baik dari pada kesempatan Bersama pada pertarungan tak terarah yang hasilnya juara dan berbagi piala. Kemampuan melihat pada sudut sempit yang tak terlihat dan dihindari menjadi motivasi tersendiri akan pengujian diri untuk dapat melihat sejauh mana kemampuan ini melompat tinggi. Kemungkinan terburuk akan terjadi dengan banyaknya buly terhadap cita yang tak mungkin terjadi ataupun hilang dan berkuranganya sahabat dalam menghiasi hari demi hari untuk berdiskusi hingga bedebat terhadap hal yang tak pasti. Lebih baik seperti ini…lebih baik begini…lebih baik sedikit memagar diri dengan racun dunia yang selalu memaksa kesenangan atas pergaulan diri. Ini hanya sebuah titik pada tahapan memeras racun diri hingga menajdi madu kasih yang akan dipetik suatu saat nanti dan yang pasti bukan pada hari ini. Mampukah bertahan dengan hasil nanti terhadap gejolak nafsu yang selalu menempel dan menyelimuti kalbu ini hingga menjadi lokomotif penggerak melaju tampa henti…

 

Semua akan ditentukan mulai dari saat ini, saat dimana diri kembali menemukan arti sebenar ramuan cinta yang di kumpulkan dari tetes demi tetes hingga mengalir tampa henti. Saat itulah semua baru akan berbagi senyum dan kasih, mulai memuji akan renaca dulu yang pasti walapun tak dapat diuji berdasarkan ketetapan hati…

 

By Ruei

 


Post a Comment

0 Comments